Selasa, 11 Desember 2012

Short Story : You Belong With Me


You Belong With Me
Author :
Evi aka @evii_topp
Genre :          
Romance, etc

Rating :
Terserah para pembaca  ^^
 Main Casts :
Rosa
Edward 
Type :
ONESHOOT

Kalian tahu kutu buku? Tentu saja bukan kutu dalam buku atau kutu yang suka kertas. Tapi seseorang yang suka membaca atau orang yang gemar membaca. Mungkin seperti itulah penggambaran tentang diriku. Gadis berkaca mata tebal dan super besar, rambut panjangku yang selalu aku jalin dua, bawa buku sekardus kemana-mana dan kurang dalam hal yang namanya pergaulan. Tak heran aku dijuluki seperti itu. Walaupun kutu buku, aku juga bisa menyukai seseorang. Dia adalah tetanggaku, namanya Albert. Sejak pertama kali ia datang dan akhirnya menjadi tetanggaku, aku sudah menyukainya. Entah apa yang membuat aku menyukainya? Mungkin hanya dia yang mengerti aku, atau bahkan hanya dia orang yang mau bergaul denganku. Aku juga tak tahu pasti.
Teringat saat pertama kalinya Albert menjadi tetanggaku. Saat Albert pindah di sebelah rumahku. Pertama kulihat wajahnya. Ya Tuhan, keajaiban apa yang telah Kau berikan hari ini? Kenapa dia begitu tampan? Kurasakan hatiku berdetak jauh lebih cepat dari biasanya. Dan bahkan aku tidak bisa mengontrolnya sama sekali. Sapaan hangatnya masih aku ingat sampai hari ini. Sejak itulah kami dekat dan bisa di bilang layaknya sahabat. Dan yang paling membuatku senang adalah saat aku tahu kamar Albert berhadapan dengan kamarku. Jadi aku bisa melihat wajahnya setiap hari.
Kulihan Albert sedang gelisah di kamarnya. Entah apa yang ia pikirkan? Tentang pacarnya? Aku tahu ia memang sudah ada yang punya, tapi apa salah jika aku mencintainya? Aku begitu penasaran, ku ambil buku gambaku lalu kutulis  ‘apakah kamu baik-baik saja?’ dan aku perlihatkan padanya. Kami memang sering melakukan hal ini. Selain karena kamar kami berhadapan, itu juga karena aku selalu salah tingkah jika berhadapan dengannya apalagi bicara padanya. ‘lelah berpura-pura!’ balasnya. Sejujurnya aku tak mengerti  apa yang ia bicarakan. Pura-pura? Apa maksudnya? Pura-pura untuk apa? Banyak pertanyaan yang berkelebat di otakku. ‘maaf’ aku tak tahu lagi apa yang harus aku tulis. Nampaknya ia sedang tidak ingin bicara banyak hari ini. Kulihat ia mulai menutup tirai kamarnya. Sayangnya padahal hari ini aku ingin bilang bahwa aku mencintainya. Walau aku tahu ia tak mungkin jadi milikku. Malam ini aku curahkan perasaanku lewat lagu. Aku bernyanyi sesuka hatiku dan mulai membanding-bandingkan diriku dengan pacarnya. Kalau di diperhatikan, pacar Albert jauh lebih cantik, lebih modis, lebih gaul dari pada aku. Dia selalu terlihat cantik dengan make up yang sangat sesuai dengan wajahnya, sedangkan aku? Aku tak pernah berdandan dan tak tahu caranya dandan. Selain itu, ia selalu nampak anggun jika mengenakan high heels, sedangkan aku? Aku tak pernah memakai high heels sekalipun. aku hanya memakai sepatu kets kemana-mana. Aku berkaca dan berusaha tampil secantik mungkin aku keluarkan semua baju yang aku punya, aku pakai satu persatu baju itu dan mulai mendandani diriku hingga aku bisa menjadi lebih cantik dan hasilnya NIHIL. Bukannya malah lebih cantik, aku bahkan terlihat seperti ondel-ondel. ‘Rosa, Rosa,’ aku menggerutu dalam hati. Akhirnya aku frustasi dan aku memutuskan untuk tidur walau aku tahu aku tak akan bisa tidur.
“hai!” sapa Albert ketika aku sedang asik membaca di halaman depan rumahku. “hai juga” balasku sambil tersenyum. Dia mulai membuka topik pembicaraan. Ia bercerita tentang kegemarannya akan sepak bola. Aku dengan antusias mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulutnya walau aku sendiri tidak tahu apa yang ia bicarakan. Yang aku tahu aku sangat senang saat aku bisa bersamanya, saat aku bisa memandang wajahnya, Saat aku bisa bercanda tawa dengannya. Oh Tuhan tolong hentikan waktu untuk saat ini. Aku ingin terus bersamanya. Tiiiitttttt!! Klakson mobil menganggetkan kami berdua. Mobil sport merah berada tepat di depan kami yang dikendarai oleh seorang wanita yang setahuku adalah pacar dari Albert.  Sungguh menyebalkan. Tuhan apa kau tidak bisa melihat kebahagiaanku walau Cuma sedetik. “Rosa, aku pergi dulu. Jangan lupa nonton aku tanding entar malem ya! Aku tunggu!” aku hanya tersenyum. Ia masuk mobil dan berlalu begitu saja. Albert, andai kau tahu aku disini selalu menantimu. Dan hanya aku yang mampu membuatmu tersenyum dan tertawa. Kataku dalam hati.
Sorak sorai penonton membahana di stadion tempat Albert bertanding. Suara peluit menandakan pertandingan dimulai. ku lihat Lisa, pacar Albert juga datang menonton. Sebenarnya aku tak ingin menonton pertandingan ini. Ini hanya membuat dadaku sesak. Tapi sayangnya, aku sudah terlanjur janji sama Albert. Yang namanya janji harus di tepati. Jadi mau tak mau aku harus ada di tempat ini. Nampaknya pertandingan semakin seru, sorak sorai penonton semakin riuh. Teriak-teriakan penonton semakin membuat pertandingan semakin panas. “Albert! Semangat!” teriakku.walau aku tahu kekasihnya ada di sini dan pastinya mendengar teriakanku. Tapi aku tak perduli. Yang ada di otaku saat ini hanya Albert harus menang. Peluit panjang mengakhiri pertandingan dengan kemenangan tim Albert. “horeeee!!!!” terikku dan para penonton lain. Rasa bahagia menyelimuti hatiku saat ini. Aku sungguh bahagia. Tapi aku merasakan kejanggalan. Ku lihat Lisa mendekati sesosok cowo yang tak aku ketahui. Dan Albert nampaknya sangat marah dengan hal itu, perkelahian pun tak dapat dihindarkan. Dari bangku penonton aku turun ke lapangan dan aku langsung menarik tangan Albert tanpa banyak bicara dan tanpa memperdulikan apa yang dikatakan orang tentang kami. Aku hanya berusaha menjauhkan Albert dari perkelahian itu. Aku hanya tak mau Albert terluka. Aku mau Albert sadar, ia tak pantas bersanding dengan wanita seperti itu.
Suara musik berderap kencang di rumah sebelah. Memang tak heran keluarga Albert mengadakan pesta. Selain karena kemenangan Albert dalam pertandingan kemarin, hari ini juga bertepatan dengan hari ulang tahun albert yaitu 18 desember. Hari ini Albert genap berusia 17 tahun. Dan sayangnya aku tidak berada disana untuk sekedar mengucapkan selamat ulang tahun untuknya.  Aku bukannya tidak diundang. Sebagai tetangga pastinya aku diundang. Hanya saja aku yang tak enak untuk datang setelah kejadiaan dimana aku tiba-tiba menarik tangan Albert saat di stadion.sejak saat itu aku tak berani bicara sepatah kata pun padanya apalagi melihat langsung wajahnya. Ku lihat lampu kamar Albert masih menyala. Pasti ia masih di dalam, pikirku. Ku buka tirai kamarku, ku lihat Albert masih berdiam diri di kamarnya. Ku lirik jam dindingku menunjukan jam delapan. Bukankah sudah waktunya pesta di mulai, tapi kenapa ia belum keluar. Ku terus perhatikannya. Ia mengambil kertas dan mulai menulis sesuatu ‘ada acara malam ini?’. Aku tersenyum dan membalas ‘tidak, hanya belajar.’ ‘berharap kamu disini.’tulisnya. aku hanya tersenyum. Ia pun berlalu. Aku buka kertas kertasku yang ingin sekali kutunjukan padanya. Kertas bertuliskan ‘aku mencintaimu’. Mungkin hari ini saat yang tepat, pikirku.
Aku mulai memasuki tempat pesta diadakan. Dengan penampilan yang tak jauh beda dari biasanya yaitu tanpa MAKE UP, hanya memakai gaun putih, rambutku yang biasa aku jalin kini aku gerai dan aku juga melepas kaca mataku yang tebal. Hanya itu saja yang berbeda menurutku. Saat aku menampakan kaki di dalam ruangan pesta. Aku merasa canggung berada di tempat ini. Selain aku yang tidak biasa dengan pesta. Aku juga tidak biasa dilihat oleh para tamu yang lainnya. Padahal tamu yang datang ke pesta ini rata-rata adalah teman satu sekolahku. Apa yang salah dengan diriku hingga mereka tak mengenaliku? Sebegitu berbedanyakah aku sehingga mereka tak mengenaliku? Atau sebegitu sempitkah pergaulanku hingga mereka sama sekali tidak mengetahui siapa aku? Mataku terus mencari sosok Albert diantara para tamu yang hadir malam ini. Aku tersenyum ketika melihat sosoknya. Ia menghampiriku. Oh Tuhan! Kenapa makhluk ciptaan-Mu yang satu ini sangat tampan? “kau nampak sangat cantik walau tanpa make up.” Pujinya. Kata-katanya membuat aku seakan melayang. Tuhan tolong aku! tolong kendalikan perasaanku! Doaku dalam hati. Setelah sedikit tenang aku mulai  memperlihatkan kertasku. Walau sedikit ragu tapi tetap harus aku lakukan. Apapun yang terjadi ia aku harus mengungkapkan perasaanku. Ia hanya tersenyum ketika kutunjukan kertasku. Kemudian ia mengambil sesuatu dari balik jas yang ia kenakan. “Albert!” panggil seseorang cewe. Ia menggandeng tangan Albert untuk menjauhiku. aku sangat kecewa. Sebelum Albert pergi ia menaruh secarik kertas di tanganku. Ku buka perlahan-lahan kertas Albert. Aku terkejut sekaligus bahagia, tulisan itu berkata ‘AKU MENCINTAIMU’. Aku menyadari bahwa kau akan selalu dan selamanya menjadi miliki.
THE END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar