MELODI HIDUPKU
“kriiiing….kriiing….”
Suara nyaring jam weker pun
membangunkan tidur nyenyakku. Seperti biasa, pukul 5 pagi aku bangun tidur dan
mulai mempersiapkan diri untuk berangkat sekolah. Tak lupa aku juga memeriksa segala
perlengkapan yang akan ku bawa ke sekolah.
Tak terasa, jarum jam telah
menunjukkan pukul 06.30, aku pun bergegas untuk berangkat. Walaupun jarak rumah
dengan sekolahku cukup dekat, aku tetap harus berangkat pagi-pagi.
“hay, Risya!” sapa temanku, Alya.
“hay juga, Alya!” balasku dengan sedikit
senyuman.
“buru-buru banget sih, santai aja
kali, Sya.”
“hehe, kayak nggak tau aku aja, Al.”
jawabku singkat
Aku pun mempercepat langkahku
menuju ruangan kelasku yang berada di lantai 2.
Tanpa disadari, pagi ini telah
menunjukkan pukul 7, dan seperti biasa kami melakukan doa bersama di kelas
masing-masing. Seusai doa, kami pun melanjutkan pelajaran. Pagi ini, pelajaran
di awali dengan pelajaran kesukaanku, seni musik. Entah kenapa, aku merasa
bahwa musik adalah bagian dari hidupku. Disaat aku senang ataupun sedih, aku
pasti selalu mendengarkan musik. Terkadang juga, musik membuat hidupku lebih
mengasyikkan. Dengan lagu pun, aku bisa menuangkan segala perasaanku dan
mencurahkan seluruh isi hatiku.
***
Tak terasa, sekarang sudah pukul
14.15, saatnya kami harus pulang. Sesampaiku di rumah, aku langsung menyalakan
laptopku dan mulai mensurfing data di internet ditemani oleh alunan musik dari
headphoneku. Di sela-sela kegiatanku itu, aku juga menyampatkan diri untuk
mengupdate info dari account facebook dan twitterku.
Beberapa menit kemudian, ada salah
seorang cowok yang mengajakku chatting-an. Kami pun saling berkenalan. Namanya Arga.
Ternyata, dia merupakan kakak kelasku saat di SMP. Ia pun kemudian meminta
nomor hpku. Awalnya aku sedikit ragu untuk memberikannya, namun karena aku tau
kalau dia kakak kelas yang baik, aku pun memberikannya. Ia pun langsung
mengirimiku sms. Dari sinilah cerita tersebut dimulai.
Semenjak kejadian tersebut, kami
pun semakin dekat. Setiap hari, kak Arga, begitu aku memanggilnya, selalu
meng-smsku. Dia sangat baik padaku. Dia juga sangat perhatian. Aku pun mulai
merasakan hal yang berbeda dalam hidupku. Ini merupakan pertama kalinya aku merasakan
hal yang seperti ini. Saat-saat di mana aku merasa bahagia karena seorang kakak
seperti kak Arga.
Suatu hari, kak Arga meng-smsku
lagi.
“adik J”
“iya kak, kenapa?”
“nggak kenapa kok, hehe J
kamu udah makan?”
“oh.. belum kak, lagi nggak pingin
makan”
“kok gitu?”
“ya, lagi nggak laper + nggak
selera aja”
“makan dulu dik, nanti kamu sakit
gimana?”
“iya-iya kak, nanti dd makan”
“iya, awas ya, jangan sampai lupa
makan J”
Kira-kira seperti itulah isinya.
***
Malam harinya, kak Arga kembali
meng-smsku. Memang, semenjak aku memberikan nomor hpku kepadanya, ia sangat
sering meng-smsku. Entah hanya untuk menanyakan keadaanku ataupun hanya sekedar
menemaninya smsan. Kak Arga seakan-akan menjadi musik yang melengkapi hidupku
ini.
“dik, kakak mau ngomong sesuatu ke
kamu.”
“mau ngomong apa kak? Bilang aja”
“kamu mau nggak jadi ttmnya kakak?”
Seketika aku pun kaget dan shock
melihat sms dari kak Arga. Ini merupakan kali pertamaku berhadapan dengan
situasi seperti ini. Rasa senang dan kaget bercampur aduk di dalam benakku. Entah
apa yang harus aku jawab. Aku benar-benar bingung. Maklum saja, aku belum
pernah merasakan yang namanya pacaran.
“nggak salah kak?”
“nggaklah dik, emang kenapa? Hmm, kakak
mau nanya, kamu belum pernah pacaran?”
“hmm, iya kak”
“serius? Kakak kira udah pernah”
“iya kak, duarius malahan”
“yaya dik, tapi kamu mau kan?”
“hmm, terserahnya kakak sih”
Aku pun menjadi sedikit canggung
ketika smsan dengannya akibat kejadian tersebut. Aku pun menceritakan semua
kejadian tersebut kepada Indah, sahabatku. Ia pun mengucapkan selamat kepadaku.
Aku menjadi sedikit heran dengannya. Tapi, aku pun juga dapat menilai seberapa
besar dukungan yang diberikan oleh Indah untukku.
***
Tak terasa, beberapa hari lagi,
kami akan menyambut hari pergantian tahun. Aku pun berharap semoga ada yang spesial
dihari tersebut. Seperti biasa, dengan ditemani oleh musik-musikku, aku
mendapat pesan dari kak Arga. Aku pun membalas smsnya itu.
Tak seperti biasanya, ia lama
membalas smsku. Aku pun tetap sabar menunggunya, hingga akhirnya ia pun
membalasnya. Bukannya balasan sms yang baik kuterima, ia malah mengatakan bahwa
ia tidak ingin smsan denganku lagi. Aku yang tadinya diselimuti kegembiraan,
seketika suasana hatiku berubah menjadi tangisan. Entah apa yang telah aku
perbuat sehingga ia tidak ingin lagi menerima smsku. Tanda tanya besarpun
menyelimuti benakku. Hingga akhirnya aku mencoba melihat update-an status di
facebooknya.
Aku pun merasa makin tertekan
setelah melihat statusnya itu. Aku merasa bersalah karena telah membuatnya
seperti itu. Namun aku sendiri juga bingung, apa yang aku perbuat sehingga dia
menjadi seperti ini? Oh Tuhan… tolonglah hambamu ini L
***
Tak terasa, tinggal sehari lagi
hari pergantian tahun akan berlangsung. Aku, Indah dan tetangga beserta
adik-adikku membeli kembang api untuk dinyalakan esok hari.
“Risya, lihat deh!” seru Indah
seraya menyodorkan hpnya kepadaku
“Ada apa sih, In?”
Aku pun terkejut
melihatnya. Orang yang selama ini aku sayangi, berbalik membalas rasaku yang
tulus itu dengan sebuah pengkhianatan. Ya, kak Arga yang dulunya sangat
perhatian dan sayang denganku justru berpacaran dengan teman satu sekolahku. Air
mataku pun mengalir tanpa diperintahkan. Aku juga bingung harus berkata apa. Mulutku
serasa berat dan susah untuk berbicara. Aku kaget, shock dan tidak percaya. Tubuhku
juga seketika lemas melihat semuanya itu.
“sabar, Sya. Mungkin
dia nggak ditakdirin buat kamu. Sabar ya, Sya, sabar. Aku juga ngerti kok apa
yang kamu rasain”
“kenapa In? kenapa? Kenapa
aku harus ngalamin hal kayak gini? Apa salahku In?”
“kamu nggak salah apa-apa
kok, Sya. Tuhan sedang merencanakan sesuatu yang indah untuk kamu, Sya. Aku yakin,
suatu saat kamu akan dapet cowok yang lebih baik daripada dia.”
“aku cuma sayang sama
kak Arga, In. Cuma dia yang bisa ngasi aku semangat dan dia juga cowok yang
paling care sama aku, In. Aku nggak nyangka dia bakalan nyakitin aku kayak
gini.”
“Aku ngerti kok,
Sya. Tapi kamu juga harus bisa ngertiin ini semua.”
Aku hanya bisa
menangis dan menangis melihat semuanya. Apa salahku, Tuhan? Kenapa aku harus
mengalami pahitnya dikhianati? Kenapa orang yang selama ini baik padaku malah menyakitiku?
“Risya, sabar ya, sabar. Kamu jangan
nangis lagi” ucap Indah pelan.
“Mendingan kamu pulang deh, In. Udah
malem. Aku juga mau istirahat.”
“Tapi, kamu?”
“Aku udah nggak apa-apa kok, In.”
“Yakin? Ya udah, kalo gitu, aku
pulang dulu ya.”
Aku hanya menganggukkan kepalaku.
Indah pun pergi meninggalkan kamarku menuju rumahnya. Saat Indah telah
benar-benar pergi, air mataku pun kembali menetes. Aku tak tau bagaimana cara
menghentikannya. Semakin aku mencoba berhenti menangis, hal itu menjadi makin
sulit. Lagu-lagu sedih pun menemaniku malam ini.
Beberapa saat kemudian, hpku
berbunyi. Aku pun segera mengusap air mataku dan mencoba menenangkan diri
sejenak. Ternyata kak Arga yang menelepon. Aku merasa enggan mengangkat telepon
darinya dan aku memutuskan untuk tidak mengangkat teleponnya itu.
Berkali-kali ia meneleponku, namun
aku tak ingin mengangkatnya. Hingga akhirnya dia mengirimiku pesan.
“Dik, tolong angkat telepon kakak.
Kakak mau ngomong sesuatu.”
Kira-kira seperti itulah isi
smsnya. Aku pun membalas smsnya dengan dipenuhi air mata.
“Maaf ya kak, dd lagi nggak mood
smsan atau teleponan. Lain kali aja ngomongnya.”
Setelah membalas smsnya, ia pun
langsung meneleponku. Akhirnya, aku pun menjawab teleponnya itu.
“Halo”, jawabku sembari mengusap
air mataku.
“Kamu kenapa dik? Kok telepon kakak
nggak dijawab tadi?”
“Nggak kenapa kok, emang kenapa?”
“Kamu habis nangis ya dik?”
“Nggak kok, cuma sedikit flu aja”
“Bohong ah, kakak tau kok kalo kamu
nangis”
“Kalo iya emang kenapa?
“Kok kamu jutek gitu sih dik
sekarang? Kakak ada salah ya sama kamu?”
“Maaf ya kak, dd lagi nggak mood
nih, lain kali aja lagi nelpon”
Aku pun langsung menutup
pembicaraan tersebut karena tak tahan lagi mengingat semuanya tentang kak Arga.
Mendengar namanya saja aku sudah ingin menangis, apalagi aku harus mendengar
suaranya dan berbicara dengannya, itu membuat aku makin tersiksa.
Ia pun mengirimiku pesan, yang
isinya:
“Kakak minta maaf ya dik kalo kakak
ada salah sama kamu walaupun sebenarnya kakak nggak tau kenapa kamu kayak gini
sekarang. Kamu boleh benci sama kakak, tapi kakak harap kamu mau maafin kakak. Kakak
janji deh nggak akan nganggu kamu lagi. Oh iya, selamat tahun baru ya. Dan Selamat
Ulang Tahun. Kakak masih sayang sama kamu”
Aku tercengang membaca pesan yang
dikirimkan oleh kak Arga. Walaupun ia sempat menyakiti perasaanku, tapi ia
tetap care denganku. Aku sempat malu dengan sikapku ini.
Karena kejadian tersebut, kami
berdua jarang berkomunikasi lagi. Aku pun mulai mencoba untuk bersifat lebih
dewasa. Aku mulai mencoba untuk melupakan semuanya tentang kak Arga, dan aku
berharap kak Arga pun bisa melupakanku.
Kini hilang sudah musik dan melodi yang
mewarnai hariku. Melodi yang selalu menemani hariku. Tak akan aku bisa
menemukan melodi seperti itu lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar