Sabtu, 13 Oktober 2012

CERPEN "MELODI HIDUPKU"

MELODI HIDUPKU

“kriiiing….kriiing….”
Suara nyaring jam weker pun membangunkan tidur nyenyakku. Seperti biasa, pukul 5 pagi aku bangun tidur dan mulai mempersiapkan diri untuk berangkat sekolah. Tak lupa aku juga memeriksa segala perlengkapan yang akan ku bawa ke sekolah.
Tak terasa, jarum jam telah menunjukkan pukul 06.30, aku pun bergegas untuk berangkat. Walaupun jarak rumah dengan sekolahku cukup dekat, aku tetap harus berangkat pagi-pagi.
“hay, Risya!” sapa temanku, Alya.
“hay juga, Alya!” balasku dengan sedikit senyuman.
“buru-buru banget sih, santai aja kali, Sya.”
“hehe, kayak nggak tau aku aja, Al.” jawabku singkat
Aku pun mempercepat langkahku menuju ruangan kelasku yang berada di lantai 2.
Tanpa disadari, pagi ini telah menunjukkan pukul 7, dan seperti biasa kami melakukan doa bersama di kelas masing-masing. Seusai doa, kami pun melanjutkan pelajaran. Pagi ini, pelajaran di awali dengan pelajaran kesukaanku, seni musik. Entah kenapa, aku merasa bahwa musik adalah bagian dari hidupku. Disaat aku senang ataupun sedih, aku pasti selalu mendengarkan musik. Terkadang juga, musik membuat hidupku lebih mengasyikkan. Dengan lagu pun, aku bisa menuangkan segala perasaanku dan mencurahkan seluruh isi hatiku.
***
Tak terasa, sekarang sudah pukul 14.15, saatnya kami harus pulang. Sesampaiku di rumah, aku langsung menyalakan laptopku dan mulai mensurfing data di internet ditemani oleh alunan musik dari headphoneku. Di sela-sela kegiatanku itu, aku juga menyampatkan diri untuk mengupdate info dari account facebook dan twitterku.
Beberapa menit kemudian, ada salah seorang cowok yang mengajakku chatting-an. Kami pun saling berkenalan. Namanya Arga. Ternyata, dia merupakan kakak kelasku saat di SMP. Ia pun kemudian meminta nomor hpku. Awalnya aku sedikit ragu untuk memberikannya, namun karena aku tau kalau dia kakak kelas yang baik, aku pun memberikannya. Ia pun langsung mengirimiku sms. Dari sinilah cerita tersebut dimulai.
Semenjak kejadian tersebut, kami pun semakin dekat. Setiap hari, kak Arga, begitu aku memanggilnya, selalu meng-smsku. Dia sangat baik padaku. Dia juga sangat perhatian. Aku pun mulai merasakan hal yang berbeda dalam hidupku. Ini merupakan pertama kalinya aku merasakan hal yang seperti ini. Saat-saat di mana aku merasa bahagia karena seorang kakak seperti kak Arga.
Suatu hari, kak Arga meng-smsku lagi.
“adik J
“iya kak, kenapa?”
“nggak kenapa kok, hehe J kamu udah makan?”
“oh.. belum kak, lagi nggak pingin makan”
“kok gitu?”
“ya, lagi nggak laper + nggak selera aja”
“makan dulu dik, nanti kamu sakit gimana?”
“iya-iya kak, nanti dd makan”
“iya, awas ya, jangan sampai lupa makan J
Kira-kira seperti itulah isinya.
***
Malam harinya, kak Arga kembali meng-smsku. Memang, semenjak aku memberikan nomor hpku kepadanya, ia sangat sering meng-smsku. Entah hanya untuk menanyakan keadaanku ataupun hanya sekedar menemaninya smsan. Kak Arga seakan-akan menjadi musik yang melengkapi hidupku ini.
“dik, kakak mau ngomong sesuatu ke kamu.”
“mau  ngomong apa kak? Bilang aja”
“kamu mau nggak jadi ttmnya kakak?”
Seketika aku pun kaget dan shock melihat sms dari kak Arga. Ini merupakan kali pertamaku berhadapan dengan situasi seperti ini. Rasa senang dan kaget bercampur aduk di dalam benakku. Entah apa yang harus aku jawab. Aku benar-benar bingung. Maklum saja, aku belum pernah merasakan yang namanya pacaran.
“nggak salah kak?”
“nggaklah dik, emang kenapa? Hmm, kakak mau nanya, kamu belum pernah pacaran?”
“hmm, iya kak”
“serius? Kakak kira udah pernah”
“iya kak, duarius malahan”
“yaya dik, tapi kamu mau kan?”
“hmm, terserahnya kakak sih”
Aku pun menjadi sedikit canggung ketika smsan dengannya akibat kejadian tersebut. Aku pun menceritakan semua kejadian tersebut kepada Indah, sahabatku. Ia pun mengucapkan selamat kepadaku. Aku menjadi sedikit heran dengannya. Tapi, aku pun juga dapat menilai seberapa besar dukungan yang diberikan oleh Indah untukku.
***
Tak terasa, beberapa hari lagi, kami akan menyambut hari pergantian tahun. Aku pun berharap semoga ada yang spesial dihari tersebut. Seperti biasa, dengan ditemani oleh musik-musikku, aku mendapat pesan dari kak Arga. Aku pun membalas smsnya itu.
Tak seperti biasanya, ia lama membalas smsku. Aku pun tetap sabar menunggunya, hingga akhirnya ia pun membalasnya. Bukannya balasan sms yang baik kuterima, ia malah mengatakan bahwa ia tidak ingin smsan denganku lagi. Aku yang tadinya diselimuti kegembiraan, seketika suasana hatiku berubah menjadi tangisan. Entah apa yang telah aku perbuat sehingga ia tidak ingin lagi menerima smsku. Tanda tanya besarpun menyelimuti benakku. Hingga akhirnya aku mencoba melihat update-an status di facebooknya.
Aku pun merasa makin tertekan setelah melihat statusnya itu. Aku merasa bersalah karena telah membuatnya seperti itu. Namun aku sendiri juga bingung, apa yang aku perbuat sehingga dia menjadi seperti ini? Oh Tuhan… tolonglah hambamu ini L
***
Tak terasa, tinggal sehari lagi hari pergantian tahun akan berlangsung. Aku, Indah dan tetangga beserta adik-adikku membeli kembang api untuk dinyalakan esok hari.
“Risya, lihat deh!” seru Indah seraya menyodorkan hpnya kepadaku
“Ada apa sih, In?”
Aku pun terkejut melihatnya. Orang yang selama ini aku sayangi, berbalik membalas rasaku yang tulus itu dengan sebuah pengkhianatan. Ya, kak Arga yang dulunya sangat perhatian dan sayang denganku justru berpacaran dengan teman satu sekolahku. Air mataku pun mengalir tanpa diperintahkan. Aku juga bingung harus berkata apa. Mulutku serasa berat dan susah untuk berbicara. Aku kaget, shock dan tidak percaya. Tubuhku juga seketika lemas melihat semuanya itu.
“sabar, Sya. Mungkin dia nggak ditakdirin buat kamu. Sabar ya, Sya, sabar. Aku juga ngerti kok apa yang kamu rasain”
“kenapa In? kenapa? Kenapa aku harus ngalamin hal kayak gini? Apa salahku In?”
“kamu nggak salah apa-apa kok, Sya. Tuhan sedang merencanakan sesuatu yang indah untuk kamu, Sya. Aku yakin, suatu saat kamu akan dapet cowok yang lebih baik daripada dia.”
“aku cuma sayang sama kak Arga, In. Cuma dia yang bisa ngasi aku semangat dan dia juga cowok yang paling care sama aku, In. Aku nggak nyangka dia bakalan nyakitin aku kayak gini.”
“Aku ngerti kok, Sya. Tapi kamu juga harus bisa ngertiin ini semua.”
Aku hanya bisa menangis dan menangis melihat semuanya. Apa salahku, Tuhan? Kenapa aku harus mengalami pahitnya dikhianati? Kenapa orang yang selama ini baik padaku malah  menyakitiku?
“Risya, sabar ya, sabar. Kamu jangan nangis lagi” ucap Indah pelan.
“Mendingan kamu pulang deh, In. Udah malem. Aku juga mau istirahat.”
“Tapi, kamu?”
“Aku udah nggak apa-apa kok, In.”
“Yakin? Ya udah, kalo gitu, aku pulang dulu ya.”
Aku hanya menganggukkan kepalaku. Indah pun pergi meninggalkan kamarku menuju rumahnya. Saat Indah telah benar-benar pergi, air mataku pun kembali menetes. Aku tak tau bagaimana cara menghentikannya. Semakin aku mencoba berhenti menangis, hal itu menjadi makin sulit. Lagu-lagu sedih pun menemaniku malam ini.
Beberapa saat kemudian, hpku berbunyi. Aku pun segera mengusap air mataku dan mencoba menenangkan diri sejenak. Ternyata kak Arga yang menelepon. Aku merasa enggan mengangkat telepon darinya dan aku memutuskan untuk tidak mengangkat teleponnya itu.
Berkali-kali ia meneleponku, namun aku tak ingin mengangkatnya. Hingga akhirnya dia mengirimiku pesan.
“Dik, tolong angkat telepon kakak. Kakak mau ngomong sesuatu.”
Kira-kira seperti itulah isi smsnya. Aku pun membalas smsnya dengan dipenuhi air mata.
“Maaf ya kak, dd lagi nggak mood smsan atau teleponan. Lain kali aja ngomongnya.”
Setelah membalas smsnya, ia pun langsung meneleponku. Akhirnya, aku pun menjawab teleponnya itu.
“Halo”, jawabku sembari mengusap air mataku.
“Kamu kenapa dik? Kok telepon kakak nggak dijawab tadi?”
“Nggak kenapa kok, emang kenapa?”
“Kamu habis nangis ya dik?”
“Nggak kok, cuma sedikit flu aja”
“Bohong ah, kakak tau kok kalo kamu nangis”
“Kalo iya emang kenapa?
“Kok kamu jutek gitu sih dik sekarang? Kakak ada salah ya sama kamu?”
“Maaf ya kak, dd lagi nggak mood nih, lain kali aja lagi nelpon”
Aku pun langsung menutup pembicaraan tersebut karena tak tahan lagi mengingat semuanya tentang kak Arga. Mendengar namanya saja aku sudah ingin menangis, apalagi aku harus mendengar suaranya dan berbicara dengannya, itu membuat aku makin tersiksa.
Ia pun mengirimiku pesan, yang isinya:
“Kakak minta maaf ya dik kalo kakak ada salah sama kamu walaupun sebenarnya kakak nggak tau kenapa kamu kayak gini sekarang. Kamu boleh benci sama kakak, tapi kakak harap kamu mau maafin kakak. Kakak janji deh nggak akan nganggu kamu lagi. Oh iya, selamat tahun baru ya. Dan Selamat Ulang Tahun. Kakak masih sayang sama kamu”
Aku tercengang membaca pesan yang dikirimkan oleh kak Arga. Walaupun ia sempat menyakiti perasaanku, tapi ia tetap care denganku. Aku sempat malu dengan sikapku ini.
Karena kejadian tersebut, kami berdua jarang berkomunikasi lagi. Aku pun mulai mencoba untuk bersifat lebih dewasa. Aku mulai mencoba untuk melupakan semuanya tentang kak Arga, dan aku berharap kak Arga pun bisa melupakanku.
Kini hilang sudah musik dan melodi yang mewarnai hariku. Melodi yang selalu menemani hariku. Tak akan aku bisa menemukan melodi seperti itu lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar